Tuesday, February 8, 2011

Valentine Day's


VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)

Menurut pandangan Islam


Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)



Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.



SEJARAH VALENTINE:

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.


Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.


Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.



Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.



Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.



PANDANGAN ISLAM


Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?


Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:

“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)



Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.



Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.

Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-

Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam masalah 'Valentine Day'.



1. PRINSIP / DASAR Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.


2. SUMBER ASASI Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.

Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.

Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.


3. TUJUAN Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.


4. OPERASIONAL Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.

Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)

Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.


Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.



Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.



Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.


MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH) Perhatikanlah Firman Allah :

“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.


Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.

Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.

Firman Allah s.w.t.:

“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.


Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-

"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..

Friday, February 4, 2011

"10 AMALAN YANG TERBALIK"


Marilah kita bermuhasabah atau menilai dan menghitung kembali tentang amalan harian kita.
Kadang-kadang kita akan dapati amalan kita adalah terbalik atau bertentangan dari apa yang
patut dilakukan dan dituntut oleh Islam. Mungkin kita tidak sedar atau telah dilalaikan
atau terikut-ikut dengan budaya hidup orang lain.
Perhatikan apa yang dipaparkan dibawah sebagai contoh amalan yang terbalik:-

1. selepas sesuatu kematian (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya)
adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah dimana Rasulullah telah menganjurkan
jiran tetangga memasak makanan untuk keluarga simati untuk meringankan kesusahan dan kesedihan
mereka. Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula menyedia makanan dan
belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil. Tidakkah mereka yang hadir makan kenduri
tersebut khuatir kalau-kalau mereka termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh simati
atau harta peninggalan simati yang belum dibahagikan kepada yang berhak menurut Islam?

2. Kalau hadir ke kenduri walimatul urus (kenduri kahwin)orang kerap salam berisi
(hadiah wang yang diberi semasa bersalam). Kalau tak ada duit nak dikepit dalam tangan,
maka segan ia nak pergi makan kenduri. Tetapi kalau ia menziarah orang mati,
tidak segan pula salam tak berisi.Sepatutnya kalau menziarah keluarga si matilah
kita patut memberi sedekah.Kalau ke kenduri kahwin,tak bagi pun tak apa kerana tuan rumah
panggil untuk diberi makan bukan untuk ia menambah pendapatan.

3. Ketika menghadiri majlis pemimpin negara kita berpakaian cantik, kemas dan segak
tetapi bila mengadap Allah baik di rumah maupun di masjid,pakaian lebih kurang saja
bahkan ada yang tak berbaju.Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik.

4. Kalau menjadi tetamu di rumah orang dan di beri jamuan, kita rasa segan nak makan
sampai habis apa yang dihidangkan kerana rasa segan dan malu,sedangkan yang dituntut
dibanyakkan makan dan dihabiskan apa yang dihidang supaya tuan rumah rasa
gembira dan tidak membazir.

5. Kalau bersolat sunat di masjid amat rajin, tapi kalau di rumah,sangat malas.
Sedangkan sebaik-baiknya solat sunat banyak dilakukan di rumah seperti yang
dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengelakkan rasa riak.

6. Bulan puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan
tetapi kebanyakan orang mengaku bahawa dalam carta perbelanjaan setiap rumah orang Islam
akan kita dapati perbelanjaan di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun.
Sedangkan sepatutnya perbelanjaan di bulan puasa yang terendah. Bukankah terbalik amalan kita?

7. Kalau nak mengerjakan haji, kebanyakan orang akan membuat kenduri sebelum bertolak
ke Mekah dan apabila balik dari Mekah tak buat kenduri pun.Anjuran berkenduri dalam Islam
antaranya ialah kerana selamat dari bermusafir, maka dibuat kenduri, bukan kerana nak bermusafir,
maka dibuat kenduri. Bukankah amalan ini terbalik? Atau kita mempunyai tujuan lain.

8. Semua ibubapa amat bimbang kalau-kalau anak mereka gagal dalam periksa.Maka dihantarlah
ke kelas tuisyen walau pun banyak belanjanya.Tapi kalau anak tak boleh baca Quran atau solat,
tak bimbang pula bahkan tak mahu hantar tuisyen baca Quran atau kelas khas mempelajari Islam.
Kalau guru tuisyen sanggup dibayar sebulan RM20.00 satu pelajaran 8 kali hadir tapi kepada
Tok Guru Quran nak bayar RM15.00 sebulan 20 kali hadir belajar pun menggeletar tangan.
Bukankah terbalik amalan kita? Kita sepatutnya lebih berbimbang jika anak tidak dapat baca
Al Quran atau bersolat dari tidak lulus periksa.

9. Kalau bekerja mengejar rezeki Allah tak kira siang malam, pagi petang, mesti pergi kerja.
Hujan atau ribut tetap diharungi kerana hendak mematuhiperaturan kerja. Tapi ke rumah Allah
(masjid) tak hujan, tak panas, tak ribut pun tetap tak datang ke masjid.Sungguh tak malu
manusia begini,rezeki Allah diminta tapi nak ke rumahNya segan dan malas.

10. Seorang isteri kalau nak keluar rumah samada dengan suami atau tidak,bukan main lagi berhias.
Tetapi kalau duduk di rumah, masyaAllah.Sedangkan yang dituntut seorang isteri itu berhias
untuk suaminya, bukan berhias untuk orang lain. Perbuatan amalan yang terbalik ini
membuatkan rumah tangga kurang bahagia.

Cukup dengan contoh-contoh di atas. Marilah kita berlapang dada menerima hakikat sebenarnya.
Marilah kita beralih kepada kebenaraan agar hidup kita menurut landasan dan ajaran Islam
yang sebenar bukan yang digubah mengikut selera kita.
Allah yang mencipta kita maka biarlah Allah yang menentukan
peraturan hidup kita.

Sabda Rasullullah SAW:

"Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat."

(Riwayat Bukhari)

Wednesday, February 2, 2011

Bahaya SYIRIK


Syirik merupakan satu dosa besar yang tidak akan terampun oleh Allah s.w.t kecuali dengan taubat nasuha yakni berazam tidak akan melakukannya lagi di masa akan datang, itupun jika Allah s.w.t sedia mengampunkannya. Untuk mengelakkan diri kita dari terjebak kedalam dosa syirik ini, adalah penting untuk kita memahami apa yang dimaksudkan dengan syirik yang sebenarnya.

Syirik adalah kalimah Arab yang bermaksud menyekutukan atau menyamakan. Di dalam al-Quran, pensyirikan adalah perbuatan menyekutukan sebarang makhluk atau orang lain atau pun sebarang konsep lain terhadap Allah dengan menganggap mereka serupa seperti Allah dan beriman dengannya.

Di dalam penterjemahan al-Quran, syirik diterangkan sebagai menyekutukan sesuatu kepada Allah. Dengan itu, ia bermaksud; ‘Bertuhankan selain Allah’ atau ‘Menyembah selain Allah’.

Dalam pengertian yang lebih luas, syirik adalah ketaatan terhadap prinsip atau sesuatu nilai, atau pun mengejar kehidupan selain dari apa yang telah ditegaskan dan diperintah di dalam al-Quran. Mereka yang mengagungkan orang lain sebagai suatu prinsip akan mengakibatkan mereka menyamakannya kepada Allah. Individu tersebut mungkin ayahnya, datuk, nenek moyang yang terkenal di dalam masyarakat ataupun pengasas sebuah ideologi atau aliran falsafah ataupun juga para penganutnya. Dalam makna syirik yang lebih luas ini, mereka yang membina kehidupan berdasarkan kepada selain dari kandungan al-Quran sebenarnya telah melakukan perbuatan syirik. Mereka mungkin menggelar diri mereka seorang ateis, Kristian atau Yahudi. Bahkan timbul sebagai orang Islam dengan menunaikan kewajipan bersolat, berpuasa dan mematuhi hukum-hakam Islam. Namun begitu, sesiapa sahaja yang memiliki corak pemikiran atau penilaian yang bertentangan dengan al-Quran adalah seorang yang musyrik; melalui pendirian seperti itu mereka memanisfestasi pengiktirafannya akan kewujudan pentadbir selain Allah. Contohnya, sebuah negara yang mengaku negara Islam, tetapi tidak menerapkan peraturan-peraturan yang telah terkandung dalam kitab al-Quran. Sebaliknya mereka menerima peraturan-peraturan jahiliah kerana takut kehilangan kuasa dan ancaman dari pihak musuh Islam. Golongan ini samalah seperti tidak mengakui Allah itu Maha Esa. Peraturan-peraturan Allah dalam Kitab-Nya itu tidak sesuai atau tidak boleh dipakai untuk kesejahteraan rakyat dan manusia umumnya. Membenarkan perjudian, pemakaian tidak senonoh, bebas mengkritik hukum-hakam Allah, Nabinya, memisahkan Agama dari peraturan pemerintah. Secara umumnya takut kepada selain Allah.

Syirik pada asasnya tidak menuntut sebarang penafian mutlak terhadap kewujudan Allah, sabahagian besar para musyrik mengelak dari mengakui sifat atau ‘gelaran’ ini sacara terbuka. Mereka menipu diri sendiri sepanjang hidup dengan berlaku sembarangan di dalam perbuatan mereka. Di hari pengadilan, mereka tetap tidak mengaku terlibat di dalam amalan syirik. Pendirian yang mereka anuti dinyatakan di dalam ayat berikut:

“Pada hari kami himpunkan mereka sekalian kemudian kami berkata kepada mereka yang melakukan syirik: Di manakah sekutu-sekutu yang kamu anggap dahulu? Kemudian tidaklah ada akibat kufur mereka selain dari mereka menjawab dengan dusta:”Demi Allah Tuhan kami, kami tidak pernah menjadi orang-orang yang mempersekutukan Allah. Lihatlah bagaimana mereka berdusta terhadap diri mereka sendiri dan bagaimana hilang lenyapnya dari mereka apa yang mereka ada-adakan.” (Surah al-An’aam: 22-24)

Seorang musyrik tidak berhajat kepada ‘pengakuan’. Kita tidak pernah mendengar ikrar seperti ‘Dengan ini saya bersetuju mengambil tuhan ini sebagai tuhan selain Allah dan bersumpah akan taat setia kepadanya’. Syirik adalah perkara dalaman dan terlihat melalui gerak-geri dan ucapan. Dari kacamata al-Quran, memiliki kecenderngan terhadap sesuatu makhluk selain Allah adalah syirik. Kecenderungan terhadap kekuasaan seseorang selain Allah, ataupun takut terhadapnya selain Dia ataupun kesetiaan yang tinggi terhadap seorang lain berbanding Allah adalah contoh syirik sebagaimana yang diterangkan di dalam al-Quran.

Sebelum ini lagi, telah pun dinyatakan bahawa syirik adalah pemesongan perasaan sayang daripada Allah kepada makhluk lain. Kesetiaan yang ditujukan terhadap berhala diterangkan sebagai berikut:

“Ada juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah sekutu-sekutu, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah sedang orang yang beriman itu lebih cinta kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman itu mengetahui ketika mereka terlihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya bagi Allah Maha berat azab siksa-Nya.” (Surah al-Baqarah:165)

Ayat ini menjelaskan bahawa ‘kasih sayang’ yang ditujukan kepada orang lain adalah adas kepada konsep ‘menyembah selain Allah’ seperti mana syirik. Tidak seperti para mukmin, individu kuffar gagal membina hubungan yang akrab terhadap Pencipta. Mereka menyintai diri sendiri atau yang lain atau keduanya; mereka berkongsi kasih sayang dengan ibu bapa, anak-pinak, adik-beradik, isteri, suami, kekasih dan manusia di sekeliling serta sebagainya. Begitu juga dengan manusia lain, mereka yang kufur berasa kesetiaan dan keterikatan yang kuat kepada kebendaan atau konsep harta benda, kedudukan, rumah, kereta, status berprestij dan sebagainya.

Kehebatan dan keindahan yang dilihat di dalam setiap sesuatu, sama ada yang hidup atau yang yang tidak adalah sekadar manifestasi sifat-sifat Allah yang tidak terbatas. Pemilik sebenarnya ialah Allah dan dengan itu kepada-Nya sahajalah layak ditujukan kesetiaan, kepatuhan, ketaatan dan rasa kasih. Perasaan keterikatan terhadap selain Allah adalah merupakan perbuatan syirik yang jelas.

Dalam sepotong ayat lain, ucapan Nabi Ibrahim a.s menyatakan bahawa para musyrikin melepaskan Allah sebaliknya memperkukuhkan ikatan terhadap berhala sembahan mereka.

“Dan Nabi Ibrahim berkata: Perbuatan kamu menyembah berbagai berhala dan tidak menyembah Allah itu, hanyalah kerana menjaga hubungan kasih mesra di antara kamu masing-masing dalam kehidupan dunia ini; kemudian pada hari kiamat kelak setengah kamu akan membantah setengah yang lain dan setengah kamu pula akan melaknat setengah yang lain; dan tempat kembali kamu ialah neraka, dan kamu tidak akan beroleh sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan”. (Surah Al-Ankabut: Ayat 25)

Keghairahan terhadap wanita adalah contoh menarik yang berisiko menyekutukan Allah dari sudut kasih sayang. Perempuan itu mungkin pasangan, teman wanita atau pun yang dicintai secara rohani semata. Akibatnya, sekiranya cinta itu menjadikan seorang lelaki hanyut menjauhi Allah, malah mengagungkannya setading Allah, maka ini adalah jelas ‘menyekutukan Allah’. Mentaliti seumpama ini sering dianggap normal di dalam sesebuah masyarakat namun hakikatnya adalah akibat yang buruk di sisi Allah.

“Apa yang mereka sembah selain dari Allah itu hanyalah berhala-berhala dan mereka tidak menyembah melainkan syaitan yang dehaka.” (Surah An-Nisaa’:Ayat 117)

Sudut pandangan ini juga benar bagi wanita. Jenis hubungan ini yang keji di sisi-Nya sering digalakkan di dalam masyarakat moden sebagai suatu cinta yang suci, romantik atau pun teman bersiar. Indoktrinasi sentimen romantisme –khusus-nya kepada golongan pemuda- mempunyai kesan yang merosakkan terhadap generasi baru. Ini sudah pasti adalah penghalang kepada perkembangan jiwa para pemuda yang sihat dan berkeperibadian yang mulia. Akibatnya, generasi yang bakal lahir adalah tandus dari segi kebijaksanaan. Dalam situasi seumpama ini, setiap individu masyarakat hidup dalam keadaan lansung tidak menyedari matlamat kewujudan mereka di muka bumi. Mereka sekadar hidup dalam keadaan jahil dan tanpa memahami hakikat kasih sayang dan ketakwaan terhadap Allah.

Antara lain, punca yang menghanyutkan individu ke lembah syirik ialah perasaan takut. Seperti cinta, rasa takut juga hanya layak ditujukan terhadap Allah. Mereka yang menunjukkan rasa takut dan gentar sesama makhluk jelas menyifatkan keagungan dan kebesaran kepada mereka. Ini adalah perbuatan syirik yang asas dan sering terjadi:

“Dan Allah berfirman: Janganlah kamu bertuhankan dua tuhan, kerana sesungguhnya tuhan itu hanyalah tuhan yang satu; maka kepada Aku-lah sahaja hendaknya kemu gerun gementar. Dan bagi-Nyalah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada-Nya sahaja tertentu ibadah dan ketaatan selama-lamanya; maka tidaklah patut kamu takut kepada yang lain dari Allah.” (Surah An-Nahl: Ayat 51-52)

Mereka yang tidak beriman sering berasa takut terhadap individu manusia yang lain. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam al-Quran:

“Mereka menyembah sesuatu yang tidak memberi rezeki kepada mereka dari langit atau bumi sedikit pun selain dari Allah, bahkan mereka tidak berkuasa di atas yang demikian.” (Surah An-Nisaa’:Ayat 77)

Selain dari rasa kasih atau takut, di sana masih terdapat ciri-ciri lain yang mendorong kepada perbuatan syirik.

Asas pensyirikan ialah tarikan yang kuat terhadap seseorang atau pun kebendaan selain dari Allah, sebagai contoh mengharap keredaan orang lain melebihi Allah, takut seorang lain sebagai mana takutnya kepada Allah atau menyanyangi seseorang sebagai mana kasih sayang kepada-Nya. Atau pun melakukan sesuatu umpamanya amalan pengorbanan di atas nama berhala atau patung ataupun dewa untuk mendapatkan keredaan mereka.

Melalui arguman di atas, adalah jelas keliru untuk menghadkan definisi syirik semata-mata kepada amalan menyembah patung atau berhala. Ini adalah hujah yang digunakan para musyrik untuk mempertahankan pendirian mereka. Berdasarkan kepada penakrifan ini, amalan syirik telah lenyap di saat semua berhala di sekeliling kaabah dimusnahkan ketika penurunan wahyu al-Quran. Sekiranya hal ini benar, maka beratus-ratus ayat yang mengingatkan para mukminin terhadap syirik hanya relevan kepada kaum atau puak tertentu yang ada hari ini –iaitu suatu dakwaan yang amat bertentangan dengan intipati al-Quran. Bahkan dari kandungan al-Quran yang merupakan Kitab yang benar sehingga hari pengadilan, kita dapat memahami bahawa di setiap zaman, golongan jahil dan musyrik sentiasa hidup bersama-sama dengan para mukmin. Sepotong ayat menerangkannya:

“Demi sesungguhnya engkau dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”(Surah al-Maaidah:ayat 82)

“Hendaklah kamu sentiasa merujuk kembali kepada Allah serta bertakwalah kamu kepada-Nya; dan kerjakanlah solat dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari mana-mana golongan musyrik. Iaitu orang-orang yang menjadikan fahaman agama mereka sendiri berselisihan mengikut kecenderungan masing-masing serta mereka pula menjadi berpuak-puak, tiap-tiap puak bergembira dengan apa yang ada padanya.”(Surah ar-Rumm:Ayat 31-32)

Seperti yang telah dinyatakan, satu daripada ciri-ciri penting masyarakat yang menyembah banyak dewa adalah pandangan dan anggapan mereka terhadap agama yang benar; iaitu menyangkal sebahagian perintah agama yang diwahyukan oleh Allah dan sekali gus menyimpang dengan membentuk pecahan atau beberapa kumpulan lain. Golongan pecahan atau kumpulan ini menganggap mereka sebagai jemaah yang benar dan saling berselisih dan bertelingkah di antara satu sama lain. Akan tetapi, harus diingat bahawa menyimpang dari ajaran al-Quran adalah disebabkan perbuatan menokok-tambah atau mengubah apa yang telah diwahyukan Allah akhirnya bertukar bentuk menjadi agama yang sesat.

Di dalam ayat dibawah dinyatakan bahawa Allah tidak menerima sebarang amalan golongan yang jahil walaupun ibadah solat dan amal soleh yang pernah mereka lakukan:

“Dan sesungguhnya telah diwahikan kepadamu dan kepada nabi yang terdahulu daripadamu: Demi sesungguhnya! Jika engkau mempersekutukan tentulah akan gugur amalmu, dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi.”(surah az-Zumar:Ayat 65)

“Dan mereka memperuntukkan dari hasil tanaman dan binatang ternakan yang diciptakan oleh Allah itu, sebahagian bagi Allah lalu mereka berkata: Ini untuk Allah dan ini untuk berhala kami. Kemudian apa yang telah ditentukan untuk berhala mereka maka ia tidak sampai kepada Allah dan apa yang telah ditentukan untuk Allah sampai pula kepada berhala mereka. Amatlah jahatnya apa yang mereka hukumkan itu.”(Surah al-An’amm:Ayat 136)

Seorang mukmin berisiko terjebak ke dalam melakukan kemungkaran. Akan tetapi di sebalik perbuatan ini, tidak terdapat niat memberontak atau pun anggapan yang sesat terhadap Allah. Apa yang membezakan perbuatan syirik berbanding perbuatan mungkar yang lain ialah syirik mengagungkan tuhan selain Allah dan mereka-reka pembohongan terhadap-Nya. Ia adalah sebuah cara memanifestasikan perbuatan biadap terhadap Allah.

Berdasarkan hal ini, Allah berfirman di dalam al-Quran bahawa Dia akan mengampunkan sebarang kesalahan hamba-Nya melainkan dosa syirik:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukan-Nya dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.”(Surah an-Nisaa’:Ayat 48)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan itu bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya; dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.”(Surah an-Nisaa’:Ayat 116)

Sekali gus, di dalam banyak ayat al-Quran, Allah telah memberi amaran terhadap golongan mukmin mengenai amalan syirik dan menegah mereka dari terlibat di dalam dosa syirik dan menegah mereka dari terlibat di dalam dosa yang paling besar. Al-Quran menerangkan perincian amalan syirik:

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis...”)Surah at-Taubah:Ayat 28)

“Dengan ikhlas kepada Allah tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Dan sesiapa yang mempersekutukan sesuatu yang lain dengan Allah, maka seolah-olah dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau dihumbankan oleh angin ke tempat yang jauh.”(Surah al-Hajj:Ayat 31)

“Hendaklah kamu sentiasa merujuk kembali kepada Allah serta bertakwalah kamu kepada-Nya; dan kerjakanlah solat dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari mana-mana golongan orang musyrik.”(Surah ar-Rum:Ayat 31)

“Dan taktala Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar.”(Surah Luqman:Ayat 13)

“Katakanlah!: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku: Bahawa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah tuhan yang Esa. Oleh itu, sesiapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapa pun dalam ibadahnya kepada Tuhannya.”(Surah al-Kahfi:Ayat 110)

Segala-galanya, sama ada yang hidup atau tidak, yang dijadikan sekutu Allah sama sekali tidak memiliki sebarang sifat Uluhiyyah.

Allah juga menyatakan semua sekutu ini tidak memiliki sebarang kuasa untuk membahayakan dan juga tidak memberi faedah kepada mereka (Yunus:34), tidak berkuasa mencipta apa pun(Yunus:34, A’raf:191), tidak mampu membantu sesiapa pun bahkan diri mereka sendiri(A’raf:192) dan juga tidak mampu menunjukkan jalan yang benar(Yunus:35). Walaupun mereka pada hakikatnya adalah sangat lemah dan tidak berdaya, namum golongan yang jahil tetap berdegil dengan ‘menganggapnya sebagai tuhan’. Punca yang utama adalah kerana Allah telah menganugerahkan sedikit dari keagungan sifat-sifat-Nya kepada makhluk ini.

Kekuasaan, kedaulatan, keagungan dan kehebatan yang dimiliki seseorang sebagai contoh, pada hakikatnya adalah milik Allah. Sebagai suatu ujian, Allah mengurniakan sedikit dari kebesaran-Nya kepada segelintir individu sepanjang hidup ini. Dengan menyifatkan semua kekuasaan, kehebatan dan kedudukan kepada seorang individu tertentu dan pada masa yang sama menunjukkan rasa takut terhadapnya adalah jelas terjebak ke dalam kancah dosa perbuatan syirik. Makhluk tersebut pada hakikatnya bukanlah zat tuhan atau pun berkuasa memiliki segalanya dengan sendiri. Pada titik ini, kita harus menegaskan bahawa mereka adalah makhluk khayali yang tercipta sebagai persepsi di dalam otak seseorang. Di dalam al-Quran, telah dinyatakan:

“Ingatlah! Sesungguhnya bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan bahawa mereka yang menyembah sesuatu yang lain dari Allah sebagai sekutu-Nya, mereka tidak menurut sangkaan semata-mata dan mereka hanyalah orang-orang yang sentiasa berdusta.”(Surah Yunus:Ayat 66)

Seorang yang menyembah seseorang lain selain Allah akan pasti menyesal di saat menyedari bahawa sekutu yang disifatkannya sebagai tuhan sebenarnya tidak memiliki suatu apa pun. Sekutu yang mereka agungkan berbanding Allah itu di dalam hidup ini akan membawa mereka ke dalam saat kesedihan yang tak tertanggung di hari kemudian. Sekutu itu juga adalah punca utama mengapa para golongan jahil menganggap Allah yang memiliki kekuasaan yang mutlak, keagungan dan kevesaran dan yang juga satu-satunya pelindung, sebagai musuh mereka. Di hari pengadilan kelak, takdir mereka telah dinyatakan di dalam ayat berikut:

“Dan masa Kami himpunkan mereka semua, kemudian kami berfirman kepada orang-orang musyrik: Tunggulah di tempat kamu semua, kamu dan makhluk-makhluk yang kamu jadikan sekutu. Sesudah itu Kami putuskan berhubungan baik di antara mereka. Dan berkatalah makhluk-makhluk yang mereka sembah itu: Bukanlah kami yang kamu puja dan taati. Oleh itu, cukuplah Allah sebagai saksi antara kami dengan kamu bahawa sesungguhnya kami tidak menyedari pujaan atau penyembahan kamu. Pada masa itu tiap-tiap diri dapatlah mengetahui akan apa yang telah dikerjakan, dan mereka dikembalikan kepada Allah, Tuhan mereka yang sebenar-benarnya dan hilang lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.” (Surah Yunus:Ayat 28-29)

“Kemudian dikatakan kepada mereka: Manakah berhala-berhala yang selalu kamu sekutukan selain Allah? Mereka menjawab: Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tidak pernah bmenyembah sesuatu. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.”(Surah Ghafir:Ayat 73-74)

Al-quran menerangkan saat akhir mereka:

“Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tidak berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.”(Surah Ghafir:Ayat 84-85)

Tuesday, February 1, 2011

6 Soalan IMAM


Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu
Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri
kita di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan
kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi
yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji
Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling
jauh dari diri kita di dunia ini?".

Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan
bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban
yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa
lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa
kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan
hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran
Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang
paling besar di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua
jawaban itu benar kata ImamGhozali. Tapi yang paling besar dari yang
ada di dunia ini adalah"Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-
hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".

Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar,
kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH"
(Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang,gunung, dan malaikat semua
tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah
(pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi
permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka
karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".

Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu
benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah
meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-
gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia
ini?".

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam
Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena
melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai
perasaan saudaranya sendiri.

Malasnya aku hendak Solat...


Apasal la aku malas sembahyang,
Tuhan kasi aku jasad siap dengan bayang-bayang
Bukan ke lebih beruntung daripada tiang
Berdiri tanpa roh malam siang...

Apasal la aku malas sembahyang
Kerja dah best keluarga pun dah senang
Negara pun dah aman tidak lagi hidup berdagang
Takkan lima minit lima waktu aku tak boleh luang..

Apasal la aku malas sembahyang
Tuhan kasi otak supaya aku tak bangang,
Tuhan kasi ilmu boleh fikir susah senang
Tuhan kasi nikmat kenapa aku tak kenang...

Apasal la aku malas sembahyang
Main bola aku sanggup sampai petang
Beli tiket konsert aku sanggup beratur panjang
Apa la aku ingat masuk syurga boleh hutang...?

Apasal la aku malas sembahyang
Aku kena ingat umur kita bukannya panjang
Pagi kita sihat petang boleh kejang
Nanti dalam kubur kena balun sorang - sorang....

Apasal la aku malas sembahyang
Siksa neraka cuba la aku bayang
Perjalanan akhirat memang terlalu panjang
Janji Allah Taala akan tertunai tak siapa boleh halang!!!



JUGA.......
Telah bersabda Rasulullah saw, yang bermaksud:
Enam perkara yang dipandang asing di enam tempat, iaitu:

1. Masjid adalah asing di kalangan orang-orang yang tidak sembahyang di dalamnya.
2. Al-Quran adalah asing di rumah orang-orang yang tidak mahu membacanya.
3. Al-Quran juga adalah asing di dalam hati orang-orang yang fasik
(iaitu orang-orang yang tidak mahu mengamalkan isinya).
4. Seorang muslimah yang soleh dipandang asing di sisi lelaki yang zalim, yang buruk perangainya.
5. Lelaki muslim yang soleh adalah asing di samping perempuan yang hina, yang buruk akhlaknya.
6. Dan... orang alim adalah asing di kalangan kaum yang tidak mahu mendengar nasihatnya.

Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda:
" Sesungguhnya Allah SWT tidak akan memandang mereka di hari kiamat
dengan pandangan kasihan."



Beberapa kata renungan dari Qur'an :

Orang yang tidak melakukan sholat pada :
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zhuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar : Dijauhkan dari kesihatan / kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isya' : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya

Taubat Kepada Allah SWT Perlu Disegerakan


Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri kenapa kita perlu bertaubat? Jika pernah, apa pula reaksinya?

Adakah kita berasakan perlu bertaubat sesekali atau melakukannya dengan lebih kerap?



Mungkin ada orang merasakannya tidak perlu. Sementara sebahagian lagi rasa ia amat perlu, malah jika boleh mahu melakukannya setiap masa.

Kepada yang rasa tidak perlu, mereka rasakan tidak ada apa kesalahan yang dilakukan, justeru untuk apa mereka bertaubat.

Bagi yang rasa amat perlu pula, mereka menyedari bahawa sebagai manusia biasa mereka tidak terlepas daripada melakukan kesilapan, lebih-lebih lagi melihat kesalahan kepada Allah Maha Pencipta.

Dalam hubungan sesama manusia, kalau kita melakukan kesalahan, maka cara terbaik untuk menyelesaikannya ialah dengan meminta maaf.

Apabila sudah melakukan begitu, perasaan kita akan menjadi aman dan lebih tenteram daripada kita mendiamkan diri tanpa meminta maaf.

Walaupun untuk meminta maaf itu terasa amat berat disebabkan malu, segan dan seumpamanya, namun apabila melakukannya ia ternyata lebih bermanfaat.

Fikiran menjadi aman dan jiwa menjadi tenteram.

Jika selama ini terasa ada yang tersangkut dan serba tidak kena tetapi dengan berterus terang meminta maaf, perasaan itu menjadi lapang dan lega. Itulah harga kemaafan sebenarnya.

Jika sesama manusia kita sanggup meminta maaf, hatta atas kesilapan yang kecil sekalipun, maka apa lagi soal kesalahan yang membabitkan diri terhadap Allah.

Sepatutnya kita akan lebih segera lagi meminta ampun, terutama apabila menyedari ada melakukan kesalahan.

Malah, sebenarnya kita sangat terdedah melakukan kesalahan terhadap Allah.

Cara meminta maaf kepada Allah tentunya tidak sama sebagaimana dilakukan sesama manusia.

Untuk mendapat kemaafan Allah, kita perlu memohon ampun dan bertaubat, bukan sekadar atas kesalahan yang sudah dilakukan malah berjanji tidak melakukannya lagi.

Soalnya, betulkah ada manusia tidak pernah melakukan kesilapan atau kesalahan yang boleh dianggap berdosa kepada Allah?

Cuma Rasulullah yang bersifat maksum terlepas daripada melakukan dosa. Itu pun setiap nabi dan rasul yang diutuskan Allah ke muka bumi ini sentiasa pula bertaubat dan memohon keampunan Allah.

Apa pun anggapan seseorang, sebenarnya manusia sangat terdedah kepada melakukan kesalahan atau berbuat dosa.

Ada ulama menyebut manusia ini, celik mata sahaja, sudah melakukan dosa.

Dosa mata dengan penglihatan, dosa telinga dengan pendengaran, dosa tangan dengan perbuatan, dosa kaki dengan langkah dan pergerakan, dosa hati dengan niat dan iktikad, dosa lidah dengan tutur kata, dosa hidung dengan deria baunya.

Bahkan setiap anggota manusia sangat terdedah kepada melakukan dosa, hatta terhadap dosa yang paling kecil sekalipun.

Ada orang menganggap melakukan dosa kecil itu sebagai tidak menjadi hal sangat. Ia dilihat seolah-olah tidak mencacatkan apa-apa.

Bagaimanapun orang yang menggunakan akal secara lebih wajar kerap memerhati dan menganggap dosa kecil yang dilakukannya adalah besar walaupun kecil pada pandangan manusia.

Kepada mereka, perkara yang sedemikian diibaratkan seperti debu berterbangan yang melekat pada kain jika dibiarkan tanpa dibersih, akan menjadi kotor juga.

Hati pula bagaikan kain yang belum dicelup sebarang warna tetapi apabila dicemari dengan dosa akan bertitik hitam atau menjadi cemar sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud: "Sesungguhnya iman itu mula muncul di hati bagaikan sinaran putih. Nifaq pula mula muncul di hati seperti titik-titik hitam lalu merebak sampai seluruh hati menjadi hitam."

Sebab itu orang yang menggunakan akal fikiran dengan sewajarnya tidak mahu mengisi waktunya dengan perbuatan yang sia-sia seperti mengumpat atau mencari kesalahan orang lain.

Mereka berzikir, membaca al-Quran dan melakukan segala perbuatan yang boleh mendekatkan diri kepada Allah.

Mereka juga takut seandainya mereka termasuk ke dalam golongan orang yang tidak bertaubat dan zalim.

Firman Allah bermaksud: "Siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang yang aniaya." (Surah Al-Hujurat: ayat 11)

Orang yang sentiasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah, menunjukkan mereka sentiasa bersyukur terhadap Khalik yang mencipta mereka serta menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga di dunia ini.

Apakah yang dimaksudkan dengan taubat yang dikehendaki Islam hingga dilihat sebagai sesuatu yang sangat dituntut dalam agama untuk dilakukan?

Kata taubat berasal daripada perkataan Arab yang bererti kembali, seperti firman Allah yang bermaksud: "Kecuali orang yang bertaubat (kembali) dan beriman." (Surah Al-Furqan: ayat 70)

Dari segi tata bahasa, taubat bererti kembali kepada keadaan yang suci laksana bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya tanpa apa-apa dosa.

Sabda Rasulullah yang bermaksud: "Orang yang bertaubat itu kekasih Allah, orang yang bertaubat daripada dosa adalah seperti orang yang tiada mempunyai dosa." (Hadis Riwayat Ibn Majah dan Ibnu Masud)

Taubat juga dapat diertikan sebagai kembali kepada ajaran Allah dengan meninggalkan segala larangan-Nya.

Sebahagian ulama mentakrifkan taubat sebagai kembali daripada jalan yang ditunjuki syaitan dan nafsu kepada jalan Allah.

Ibnu Abbas pula mentakrifkan taubat: "Menyesal dengan hati, beristighfar dengan lidah, meninggalkan perbuatan maksiat dengan anggota tubuh dan berazam dengan kukuh dalam hati tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi."

Pada segi hukum pula, ulama bersepakat menyatakan ia wajib kerana dosa dan perbuatan maksiat itu dapat membinasakan iman dan menjauhkan diri daripada Allah.

Nas yang menunjukkan bahawa hukum bertaubat itu wajib dan tidak boleh diambil ringan, boleh diperhatikan kepada maksud ayat al-Quran dan hadis berikut: Dalam al-Quran, Tuhan berfirman, bermaksud: "Dan bertaubatlah kamu kepada Allah wahai orang mukmin, supaya kamu berjaya." (Surah An-Nur: ayat 31)

Satu daripada hadis nabi menyebut dengan maksudnya: "Iringilah perbuatan jahat yang kamu kerjakan dengan kebaikan, nescaya ia akan menghapuskannya." (Hadis Riwayat Tarmizi dan Abu Dzar)

Lukman al-Hakim pernah berwasiat kepada anaknya dengan menyatakan: "Hai anakku, janganlah engkau tangguhkan bertaubat, sesungguhnya mati itu akan datang dengan tiba-tiba."

Imam al-Ghazali pula berkata: "Orang yang tidak segera bertaubat akan mendapat bahaya yang besar iaitu:

Bertindan kegelapan hati sehingga menjadi karat yang melekat dan akhirnya menutupi hati.
Jika dia didatangi sakit atau maut bererti dia datang menghadap Allah dengan hati yang tidak sejahtera."
Sesiapa yang sudah terlanjur melakukan maksiat wajib bertaubat. Kewajipan bertaubat adalah terus menerus pada bila-bila masa sahaja kerana manusia dalam kehidupannya sehari-hari mudah terdedah dengan perbuatan maksiat.

Adapun sebaik-baik taubat hendaklah dilakukan segera serta berulang-ulang secara berterusan.

Rasulullah tidak menyukai umatnya yang selalu menangguhkan taubat. Hal ini dapat diperhatikan daripada hadis baginda bermaksud: "Binasalah orang yang menyatakan esok saya akan bertaubat."